Waktu Mengeluarkan Fidyah Puasa dan Ketentuannya dalam Islam

Waktu Mengeluarkan Fidyah Puasa dan Ketentuannya dalam Islam
Waktu Mengeluarkan Fidyah Puasa dan Ketentuannya dalam Islam

Waktu Mengeluarkan Fidyah Puasa dan Ketentuannya dalam Islam – Fidyah merupakan kompensasi yang harus dikeluarkan oleh orang yang tidak mampu berpuasa karena alasan yang diperbolehkan dalam syariat Islam. Dalam fiqih, ada ketentuan khusus mengenai waktu yang tepat untuk mengeluarkan fidyah bagi mereka yang tidak bisa menjalankan ibadah puasa, seperti orang tua renta, orang sakit yang tidak memiliki harapan sembuh, serta ibu hamil dan menyusui yang khawatir terhadap diri atau anaknya.

Waktu yang Dianjurkan untuk Mengeluarkan Fidyah

Fidyah puasa dapat dikeluarkan setelah masuk waktu malam (terbenamnya matahari) untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan. Hal ini sesuai dengan pendapat para ulama yang menyebutkan bahwa fidyah tidak boleh dikeluarkan sebelum masuk waktu Maghrib untuk hari tersebut.

1. Waktu Minimal Mengeluarkan Fidyah

Para ulama bersepakat bahwa fidyah minimal harus diberikan setelah terbenamnya matahari di hari puasa yang ditinggalkan. Fidyah juga dapat dibayarkan pada hari berikutnya atau bahkan setelah bulan Ramadhan berakhir. Namun, mengeluarkannya di awal malam dianggap lebih utama.

2. Tidak Sah Mengeluarkan Fidyah Sebelum Ramadhan

Fidyah tidak boleh dibayarkan sebelum masuk bulan Ramadhan, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Fatawa al-Ramli:

“Tidak boleh mempercepat fidyah dari waktu-waktu tersebut, sebab terdapat unsur mendahulukan fidyah dari kewajibannya seseorang, yaitu berbuka puasa.”
(Syekh Muhammad al-Ramli, Fatawa al-Ramli, juz 2, hal. 74).

Baca juga  Tata Cara Niat Fidyah: Panduan Lengkap dan Doa Bacaan Niat

Pendapat ini juga dikuatkan oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Qut al-Habib al-Gharib:

(ولا يجوز) للهرم والزمن ومسن اشتدت مشقة الصوم علیه وللحامل والمرضع (تعجيل المد قبل رمضان) بل لا يجوز تعجیل فدية يوم قبل دخول ليلته، كما لا يجوز تعجيل الزكاة لعامين.

“Tidak boleh bagi orang tua yang sangat renta, orang pincang, orang berumur yang mengalami kepayahan berpuasa, ibu hamil dan ibu menyusui, mempercepat penunaian fidyah satu mud sebelum Ramadhan, bahkan tidak boleh mempercepat fidyah untuk hari tertentu sebelum memasuki malamnya, sebagaimana tidak boleh mempercepat penunaian zakat untuk masa dua tahun.”
(Syekh Nawawi al-Bantani, Qut al-Habib al-Gharib, hal. 223).

3. Boleh Mengeluarkan Fidyah Sekaligus atau Bertahap

Menurut ulama, fidyah boleh dikeluarkan secara harian maupun sekaligus setelah selesai bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Muhammad al-Ramli:

ويتخير في إخراجها بين تأخيرها وبين إخراج فدية كل يوم فيه أو بعد فراغه ولا يجوز تعجيل شيء منها لما فيه من تقديمها على وجوبه لأنه فطرة.

“Ia (orang tua renta) diperkenankan memilih antara mengakhirkan penunaian fidyah dan mengeluarkan fidyah di setiap harinya, di dalam hari tersebut atau setelah selesainya hari tersebut. Tidak boleh mempercepat fidyah dari waktu-waktu tersebut, sebab terdapat unsur mendahulukan fidyah dari kewajibannya seseorang, yaitu berbuka puasa.”
(Fatawa al-Ramli, juz 2, hal. 74).

Hadits Terkait dengan Kewajiban Fidyah

Dalam Al-Qur’an dan hadits, terdapat beberapa dalil yang menjelaskan tentang fidyah, di antaranya:

1. Dalil dari Al-Qur’an

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 184:

وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 184)

Baca juga  Panduan Lengkap Qadha dan Fidyah Bagi yang Meninggalkan Puasa Ramadhan

2. Hadits tentang Keringanan bagi Orang Tua dan Orang Sakit

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ﴾ قَالَ: لَيْسَتْ بِمَنْسُوخَةٍ، هُوَ الشَّيْخُ وَالشَّيْخَةُ إِذَا كَانَا لَا يُطِيقَانِ الصِّيَامَ فَلْيُطْعِمَا مَكَانَ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا.

“Ibnu Abbas berkata tentang ayat: ‘Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah’, ini tidak dihapuskan. Ayat ini berlaku untuk orang tua renta yang tidak mampu berpuasa, maka ia boleh memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang ia tidak berpuasa.” (HR. Bukhari, no. 4505)

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, fidyah puasa bagi orang yang tidak mampu berpuasa memiliki ketentuan sebagai berikut:

  1. Minimal dikeluarkan setelah terbenamnya matahari untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.
  2. Tidak boleh dikeluarkan sebelum memasuki bulan Ramadhan.
  3. Boleh dibayarkan harian atau sekaligus setelah selesai bulan Ramadhan.
  4. Lebih utama ditunaikan di permulaan malam.

Dengan memahami ketentuan ini, kita bisa menunaikan fidyah dengan benar sesuai syariat Islam dan memastikan hak-hak fakir miskin tetap terpenuhi. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang hukum-hukum ibadah dalam Islam. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *