Finlandia Kembali ke Pena dan Kertas: Pembelajaran Digital Mulai Ditinjau Ulang
Kembali ke Metode Tradisional di Kota Riihimaki
Sebuah kota kecil di Finlandia, Riihimaki, mulai melakukan perubahan besar dalam sistem pendidikannya. Setelah lebih dari satu dekade mengandalkan perangkat digital, sekolah-sekolah di kota ini memutuskan untuk kembali ke metode tradisional dengan menggunakan buku, pena, dan kertas. Langkah ini diambil setelah adanya temuan bahwa penggunaan perangkat digital yang berlebihan menyebabkan penurunan konsentrasi, gelisah, serta menurunnya hasil pendidikan siswa di seluruh Finlandia.
Maija Kaunonen, seorang guru bahasa Inggris di sekolah menengah Pohjolanrinne, menjelaskan bahwa guru tidak ingin sekolah menjadi tempat anak-anak terus-menerus menatap layar, yang semakin mengganggu proses belajar mengajar. Anak-anak Finlandia rata-rata menghabiskan hingga enam jam per hari di depan layar, yang menurut para ahli berpotensi menimbulkan risiko fisik dan mental, seperti masalah mata serta meningkatnya tingkat kecemasan.
Dampak Penggunaan Digital terhadap Pendidikan
Penggunaan perangkat digital di kelas sering kali dimanfaatkan oleh siswa untuk mengalihkan perhatian. Mereka kerap menyelesaikan tugas dengan cepat demi bisa segera bermain game atau mengobrol di media sosial. Bahkan, ketika guru memeriksa pekerjaan mereka, siswa dengan mudah beralih ke tab browser untuk berdalih bahwa mereka sedang belajar.
Elle Sokka, seorang siswa berusia 14 tahun, mengakui bahwa dia sering tidak fokus selama pembelajaran digital. "Kadang-kadang saya beralih ke situs web lain," ujarnya. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh siswa lain, Miko Mantila dan Inka Warro. Mereka merasa bahwa konsentrasi mereka meningkat setelah buku dan kertas kembali digunakan. "Membaca lebih mudah dari buku, dan saya bisa lebih cepat menyelesaikan tugas," kata Mantila. Namun, dia juga mengakui bahwa menulis di perangkat digital terasa lebih mudah dibandingkan dengan menulis tangan.
Minna Peltopuro, seorang ahli saraf klinis yang mendukung langkah ini, menekankan pentingnya mengurangi waktu di depan layar hingga batas minimum. Penggunaan digital yang berlebihan pada remaja tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik seperti masalah mata, tetapi juga meningkatkan risiko kecemasan dan gangguan perhatian.
Refleksi untuk Pendidikan di Indonesia: Apa Kabar Merdeka Belajar?
Finlandia, sebagai pelopor dalam inovasi pendidikan, kini menyadari dampak negatif dari penggunaan perangkat digital yang berlebihan dan beralih kembali ke metode tradisional. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang program Merdeka Belajar di Indonesia, yang banyak menitikberatkan pada penggunaan teknologi digital.
Sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan di era digital, apakah sudah ada penelitian mendalam mengenai dampak penggunaan perangkat digital pada siswa? Mengingat Finlandia yang telah memperoleh pengakuan global atas sistem pendidikannya, kini kembali ke pena dan kertas, Indonesia mungkin perlu mempertimbangkan pendekatan serupa untuk menjaga kualitas pembelajaran dan kesehatan siswa.
Kesimpulan
Langkah Finlandia untuk kembali ke metode tradisional dalam pendidikan menunjukkan bahwa teknologi digital tidak selalu menjadi solusi terbaik dalam pembelajaran. Meskipun memberikan banyak kemudahan, penggunaan perangkat digital yang berlebihan justru dapat mengganggu konsentrasi dan memicu perilaku yang tidak jujur. Dalam konteks pendidikan global, pendekatan yang seimbang antara teknologi dan metode tradisional mungkin merupakan solusi terbaik untuk menjaga kualitas pendidikan tanpa mengorbankan kesehatan dan integritas siswa.
Demikianlah informasi tentang sisten pendidikan di Finlandia dinama mereka kembali ke pena dan kertas dalam pebelajarannya sehari-hari.
Post a Comment for "Finlandia Kembali ke Pena dan Kertas: Pembelajaran Digital Mulai Ditinjau Ulang"